THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 30 Oktober 2011

Pembelajaran Matematika di SMP

Metode dapat juga diartikan sebagai cara yang telah terpola tetap untuk memperoleh pengetahuan. Karenanya, suatu metode bersifat prosedural, teknis, dan implementatif. Beberapa metode yang dapat digunakan selama proses pembelajaran di antaranya adalah metode: ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, eksperimen, laboratorium, penemuan (discovery atau inquiry), investigasi, eksplorasi, pemecahan masalah, permainan, matematika di luar kelas, pemberian tugas (drill atau latihan), bermain peran, dan pembelajaran kooperatif.


Seorang pemain catur harus memperhitungkan setiap posisi buah catur miliknya dan milik lawannya, terutama yang berkait dengan kelemahan dan keunggulan setiap buah catur tersebut. Berdasar hasil analisis itulah, sang pemain dapat menentukan strategi yang dapat digunakan untuk memenangkan pertarungan dimaksud, yang berupa rancangan atau rencana tindakannya. Oleh karena itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (Depdiknas, 2002) menyatakan bahwa strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Dengan demikian, strategi pembelajaran dapat pula disebut sebagai cara yang sistematik dalam mengomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dari beberapa pendapat pakar, Supinah (2008) menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran adalah perpaduan dari: (1) urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran, dan siswa; (2) metode atau teknik pembelajaran; (3) media pembelajaran yaitu berupa peralatan dan bahan pembelajaran; dan (4) waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dapat juga dikatakan, strategi pembelajaran adalah cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu, yang meliputi lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa (Gerlach dan Elly, 80:15).

Berkait dengan istilah pendekatan, Adi Wijaya (2008) mengutip pendapat Wina (2006) yang menyatakan bahwa Killen telah mengategorikan pendekatan menjadi dua yaitu pendekatan yang berpusat pada guru dan pendekatan yang bepusat pada siswa. Pendekatan yang berpusat pada guru dapat menurunkan strategi pembelajaran seperti pembelajaran langsung, sedangkan pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat menurunkan strategi pembelajaran seperti strategi inkuiri.
Joyce dan Weil (1986: 14-15) mengemukakan bahwa setiap model belajar mengajar atau model pembelajaran harus memiliki empat unsur berikut.
1. Sintak (syntax) yang merupakan fase-fase (phasing) dari model yang menjelaskan model tersebut dalam pelaksanaannya secara nyata (Joyce dan Weil, 1986:14). Contohnya, bagaimana kegiatan pendahuluan pada proses pembelajaran dilakukan? Apa yang akan terjadi berikutnya?
2. Sistem sosial (the social system) yang menunjukkan peran dan hubungan guru dan siswa selama proses pembelajaran. Kepemimpinan guru sangatlah bervariasi pada satu model dengan model lainnya. Pada satu model, guru berperan sebagai fasilitator namun pada model yang lain guru berperan sebagai sumber ilmu pengetahuan.
3. Prinsip reaksi (principles of reaction) yang menunjukkan bagaimana guru memperlakukan siswa dan bagaimana pula ia merespon terhadap apa yang dilakukan siswanya. Pada satu model, guru memberi ganjaran atas sesuatu yang sudah dilakukan siswa dengan baik, namun pada model yang lain guru bersikap tidak memberikan penilaian terhadap siswanya, terutama untuk halhal yang berkait dengan kreativitas.
4. Sistem pendukung (support system) yang menunjukkan segala sarana, bahan, dan alat yang dapat digunakan untuk mendukung model tersebut.
Oleh karena itu, Toeti Soekamto dan Winataputra (1995:78) mendefinisikan ‘model pembelajaran’ sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi para siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Toeti Soekamto dan Winataputra (1995:84-85) menyatakan 10 model pembelajaran, di antaranya: model pencapaian onsep, model latihan penelitian, model sinektiks, model pertemuan kelas, model investigasi kelompok, model yurisprudensial, model latihan laboratoris, model kontrol diri, dan model simulasi.
Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa model-model pembelajaran merupakan kerangka konseptual sedangkan strategi lebih menekankan pada penerapannya di kelas sehingga model-model pembelajaran dapat digunakan sebagai acuan pada kegiatan perancangan kegiatan yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang juga dikenal sebagai strategi pembelajaran. Menurut pendapat penulis, suatu metode dapat menjadi model jika memenuhi empat persyaratan seperti dikemukakan Joyce dan Weil (1986).


Berikut salah satu model pembelajaran yang sering digunakan/ diterapkan di SMP:

Model Pembelajaran Student Teams Achievement Division (STAD)

Student Team Achievment Division (STAD) merupakan salah satu model pembelajaran koopratif. Hakikat belajar pembelajaran koopratif madel STAD adalah menekankan model pencapaian kemampuan penguasaan materi pelajaran secara bersama. Pengembangan pembelajaran koopratif model STAD menitikberatkan pada struktur tutorial sebaya. semua anggota kelompok bekerja secara bersama-sama.
Secara umum, STAD dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Membentuk kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dan lain-lain).
1. Guru menyajikan pelajaran.
2. Guru memberikan tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota kelompok yang sudah memahami materi, diharapkan menjelaskan apa yang sudah dimengertinya kepada anggota kelompok yang lain sampai setiap anggota kelompok tersebut memahami materi yang dimaksud.
3. Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat mengerjakan kuis/ pertanyaan, siswa harus bekerja sendiri.
4. Memberi evaluasi.
5. Kesimpulan.

Sintaks dalam model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :
Fase I : Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
TINGKAH LAKU GURU : Menyampaikan semua tujuan yang akan dicapai selama pembelajaran

Fase 2 : Menyajikan informasi
TINGKAH LAKU GURU : Menyajikan informasi ke siswa dengan jalan demonstrasi / bahan bacaan

Fase 3 : Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
TINGKAH LAKU GURU : Menjelaskan informasi ke siswa cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok melakukan transisi secara efesien.

Fase 4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar
TINGKAH LAKU GURU : Membimbinng kelompok belajar pada saat siswa mengerjakan tugasnya
Fase 5 : Evaluasi
TINGKAH LAKU GURU : Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari siswa dengan mempresentasikan hasil kerja kelompok

Fase 6 : Memberikan penghargaan
TINGKAH LAKU GURU : Menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

SUMBER : materi pendidikan dan latihan (diklat) guru mata pelajaran IPA perjenjangan tingkat dasar di Balai Diklat Keagamaan Denpasar Tahun 2008.

0 komentar: